Selasa, 27 Oktober 2020

mahoni - gua lawa - puspa - bunga langsing





mahoni tepi jalan
pohon mahoni yang di tepi jalan
setiap kali dikebiri oleh tradisi
masak aspal dengan segarnya dahan

jalan raya beraspal di sore yang cerah
sembilan biji mahoni turun bersama berputaran
menghias suasana jalan beraspal makin memikat
mereka menjauh dari induk yang mengandungnya
sekedar ingin tumbuh di tepi seberang jalan
mungkin di bawah petai cina yang bergoyangan
atau di bawah pohon pisang yang berumpunan

ketika sebuah colt sarat dan cepat lewat
terkibas empat biji mahoni dari kumpulannya
ada yang bergentayangan terbang berjumpalitan
dan akhirnya menepi bukan di tepi yang ideal

yang terpaksa mendarat di aspal panas
akan pipih bergetah, layu terlindas motor jepang
akhirnya hancur bersama daun-daun
dan batok-batok seperti sendok
terlindas-tindas keramaian jalanan

sang induk yang hidup berdert-deret
menangis sedih melihat nasib sang pembiak
melelehkan air mata setiap saat dengan rasa tercekat
akibat siraman asap knalpot yang semakin jahat

ketika musim semi berakhir
mahoni pun berdiri kokoh menghias bumi
dimana manusia melintas tanpa batas waktu
mahoni dengan daun yang hebat melebat

ketika aspal di bawah mengelupas karena erosi
terlanda ban radial non radial yang kurang berbudi
terkesiap hatinya menjerit tak siap untuk terpancung
bila dilihatnya manusia memasang lingkaran bertiang hitam
atau bendera tetenger kecil
pastilah
segera dahan-dahan mahoni berjatuhan
rantingnya terpagas dengan daun hijau berhamburan
cabang, dahan dan ranting menggeliat di telan panasnya tungku
sekedar untuk mencairkan aspal membatu

tradisi nasib mahoni tepi jalan

===9.15.8.78


gua lawa
dilingkungi bukit sunyi
terlintas padang ketela
disitu ternganga gua lawa
menebar menyambut pendatang

dalam telak yang gelap
tersimpan daya tarik menggelitik
air menetes menyajikan sepi

remaja yang datang
mengumbar ceria dan tawa
dalam tata warna yang beraneka

senja itu lewat
melintasi diriku saat di pundakmu
dalam kabut yang kian merayap
di atas tonggak patah aku menatap
langit berkabut yang semakin pekat


===7.29.10.78



puspa
pucukmu merah
dahanmu merdu
lambaianmu mesra
tatapanmu mempesona
baktimu mulia

bungamu gugur percuma
di tanah-tanah semai yang merah
dan ada yang tega mematahkanmu
membawamu ke tempat perapian
seakan tak ada jasa lain yang lebih bermutu

===7.29.10.78


bunga langsing

kau
semampai di bukit hati
melayur di punggung pesona
kau
bermandi sebutir embun
mengusik kedamaianku

===1.30.10.78


Tidak ada komentar:

Posting Komentar